Saturday, September 21, 2013

Bos Wanita Menyebalkan: Tips and Tricks How to Deal With Them

"Perempuan itu nggak bisa jadi atasan. Terlalu emosional."
"Bos cewe itu nyebelin. Hormonal. Moodnya nggak bisa ketebak."
"Ngapain sih ngurusin detil printilan. Yang urusan gede malah kelewat. Dasar perempuan!"

Begitu pendapat teman-teman saya terhadap seorang bos wanita. Luar biasanya, pendapat tersebut bukan cuma keluar dari mulut kaum adam, tetapi juga kaum hawa sendiri. Mereka mengaku lebih senang dipimpin oleh bos pria karena berbagai alasan antarain, tidak moody, jarang membawa masalah personal ke kantor, tidak micromanage, easy going, lead based on skill, dan lain sebagainya.

Bagaimana menurut pendapat saya sendiri? Well, saya pernah bekerja dengan bos perempuan yang menyebalkan tetapi juga pernah bekerja dengan yang menyenangkan. Yang saya akui dari pernyataan tersebut hanya satu. Bos wanita kebanyakan micromanage. Sisanya, tergantung personality si wanita itu sendiri. Bos laki-laki juga banyak kok yang bertindak seperti anggapan terhadap bos perempuan. 

Masalahnya cuma satu. Laki-laki lebih banyak menduduki posisi atas dibanding perempuan. Sehingga saat ada perempuan di atas, maka dia akan lebih mendapat sorotan dan akhirnya dibanding-bandingkan dengan sekian banyaknya bos laki-laki. Period!

So how to deal with unpleasant female boss?
1. Don't take it personal
    Biasanya bos wanita yang moody dan menyebalkan, seringkali mengeluarkan kata-kata, komentar atau omelan yang akan menyinggung perasaan. Dia juga akan memasang tampang selaras dengan apa yang keluar dari mulutnya. Hey, pekerjaan hanyalah satu bagian dalam hidup. Jadi, jangan memasukan ke hati kata-kata yang keluar dari mulut atasan kita. 

2. Pahami atasan
    Sebagai bawahan, kita harus bisa memahami sikap atasan kita. Sikap mereka pasti ada alasannya, meskipun seringkali alasannya adalah personal. Biasanya, sikap buruk dari bos wanita ada hubungannya dengan masalah pribadinya. Coba teliti bagaimana dia bergaul, bagaimana latar belakang keluarganya, sukseskah ia dengan pasangan hidupnya. Jika kita paham bahwa ia punya masalah pribadi, ditambah tanggung jawab yang besar terhadap pekerjaan, maka mungkin kita bisa menjadi lebih toleran. Kita akan merasa lebih bersyukur bahwa kondisi kita lebih baik dari dirinya. Pada akhirnya, kita akan tersenyum bangga bahwa kita bisa lebih mengatasi masalah pribadi sehingga tidak membawanya ke tempat kerja.

3. Deal with it
    Dia atasan, dan kita bawahan. Bagaimanapun dia lebih mempunyai kekuasaan di banding kita. Jika kita ingin tetap bertahan bekerja maka kita harus terima sikapnya. Diam akan lebih sedikit menguras tenaga daripada kita berkonflik dengannya. Curahkan otak dan hati untuk hal yang lebih penting yaitu pekerjaan itu sendiri.

4. Work for the work not for your boss
    Kebanyakan orang berusaha bekerja untuk menyenangkan atasan. Tetapi saat menghadapi bos wanita yang menyebalkan, mencoba menyenangkannya adalah sikap yang paling salah untuk dilakukan. Karena biasanya, mereka mempunyai standar yang teramat tinggi. Ketika kita tidak mampu memberikan sesuai apa yang dia inginkan, maka kita akan menjadi frustrasi. Jadi ketika kita bekerja, bekerjalah sebaik mungkin untuk pekerjaan kita bukan bekerja sebaik mungkin agar Si Bos senang dengan hasilnya.

5. Speak up
    Dari pada kita berkeluh-kesah tentang sikal dan cara kemimpinannya, sampaikan langsung pada atasan kita secara personal. Sampaikan apa yang tidak kita sukai dan bagaimana itu mempengarui kinerja Anda dan anggota tim lainnya. Tetapi kondisi tersebut terus berlangsung karena biasanya tidak ada orang yang mau menegurnya. Memang butuh keberanian untuk menyampaikannya. Menyerang sedikit egonya dengan secara profesional tidak salah untuk dilakukan. Namun kita juga harus bersiap jika sikapnya justru lebih buruk atau kita bisa dikeluarkan dari tempat kerja.

6. Quit
    Jika semua yang sudah kita lakukan tidak membuahkan hasil dan kita tidak bisa menerima cara kepemimpinannya, maka sudah saatnya kita memikirkan pekerjaan lain. 

Sudah pernahkah Anda menerapkan salah satu cara di atas? Please let me know hot the result.

Friday, September 20, 2013

Pindah Profesi: Ya atau Tidak?


 Pernahkah kita merasa waktu berjalan lambat dari seharusnya karena pekerjaan yang kita lakukan terasa membosankan? Atau mungkin kita merasa malas melakukan pekerjaan yang sama selama bertahun-tahun? Atau setelah bertahun-tahun melakoni sebuah pekerjaan, tetapi posisi dan pendapatan masih disitu-situ saja?

“Pindah kerja aja,” begitu ujar Tina, kepada sang sahabat, Lisa. Lisa memang sudah merasa bosan dengan pekerjaan di bagian produksi sebuah stasiun televisi, yang sudah dijalaninya selama kurang lebih 8 tahun.

Selama 8 tahun bekerja, posisinya bertahan hanya sampai di level asisten produser. Meski dalam 8 tahun ia mengerjakan program yang berbeda-beda, namun tekanan yang ia rasakan sama besarnya, dengan pemasukan yang tidak seimbang.

Perkataan Tina terus terngiang di telinga Lisa. Padahal ia tidak berpikir ingin berpindah haluan sebelumnya. Karena bagaimanapun, ia sangat mencintai pekerjaannya. Tapi apa mau dikata, kebutuhan hidup mulai mengharuskannya untuk mencari pekerjaan yang lebih teratur dari segi waktu dan besar dari segi pendapatan.  Lisa pun kemudian mencari bidang pekerjaan yang bisa dijadikannya tujuan.

Dengan bekal latar belakang pendidikan Ilmu Komunikasi, pengalaman 8 tahun di media, Lina mencoba untuk melamar kerja di tempat-tempat yang membutuhkan orang dengan kualifikasi yang dia miliki. Ia membuat list, bidang pekerjaan yang memungkinkan bagi dirinya untuk bekerja, dimulai dari yang termudah. Berikut list yang dibuat Lisa:

  • Public Relation di Corporate
  •  Public Relation di Agency
  • Marketing Communication di Corporate
  • Communication Officer/ Associate di NGO
  •  Communication Officer di Kedutaan Besar
  • Pegawai Negeri Sipil
Lisa mulai melakukan riset, untuk melihat potensi perusahaan yang membuka lowongan di 6 bidang pekerjaan tersebut. Setelah mendapat informasi perusahaan atau institusi mana saja yang sedang membutuhkan tenaga kerja, ia pun mengirimkan CV dan Surat Lamaran.

Membuat CV Yang Baik
Sebulan, dua bulan, 3 bulan, berlalu. Jangankan pekerjaan baru. Panggilan untuk tes atau wawancara saja tidak ada yang datang. Lisa berpikir pasti ada yang salah dengan surat lamaran atau CV nya. Ia mulai memperbaiki CV serta surat lamarannya. Berikut langkah yang ia lakukan:

  • Menulis dalam list, pekerjaan yang pernah ia lakukan dengan detil. Ia membuat pointers, apa-apa saja pekerjaan sulit yang pernah ia kerjakan, yang mungkin tidak semua orang bisa mengerjakannya. Ia juga menuliskan, bagaimana ia bekerja tidak hanya dengan orang di divisinya, tetapi juga divisi lain seperti PR, Marketing, Sales, Promo. Tujuannya adalah memperlihatkan pada pemberi kerja nantinya, bahwa Lisa juga mengerti pekerjaan PR, Marketing, Sales dan Promo, karena ia pernah bekerja dengan mereka.
  • Lisa memformulasikan pointers-pointers di atas agar bisa masuk ke CV tetapi tetap singkat.
  • Karena kesadaran akan pentingnya Bahasa Inggris, tanpa diminta oleh perusahaan, Lisa menulis CV dan surat lamaran berbahasa Inggris.
  • Lisa akhirnya mencari penyedia layanan CV dan Cover Letter generator yang bisa dicari di Google karena ia menilai CV yang dibuatnya kurang maksimal. Lisa memilih http://www.livecareer.com/resume-builder, karena CV atau Resume yang dihasilkan dianggap cukup baik.
Setelah mempunyai CV baru yang lebih komprehensif, Lisa kembali mencoba peruntungannya mengirimkan lamaran. Ia tidak hanya mengirim pada perusahaan yang membuka lowongan, tetapi juga perusahaan yang tidak membuka lowongan.
“Siapa tahu mereka butuh dadakan, tetapi tidak punya waktu untuk mengiklankan lowongan tersebut, “ pikirnya.

Sambil menunggu panggilan tes itu tiba, Lisa kembali mempelajari pekerjaan baru yang akan ia jajaki. Ia membaca buku serta artikel di internet mengenai berbagai pekerjaan tersebut dan apa kendalanya jika ia masuk di usia akhir 20-an tetapi tidak mempunyai pengalaman di bidang yang akan dilamarnya. Lisa benar-benar ingin mempersiapkan diri untuk pindah haluan.

Informational Interview
Lisa masih belum yakin dengan informasi yang didapatnya. Lalu dia ingin sekali mendapat masukan dari orang yang sudah terjun di bidang tersebut. Sayangnya Lisa tidak memiliki teman dekat yang bisa diminta sarannya. Lisa akhirnya melakukan apa yang disebut Informational Interview.

Mungkin orang di Indonesia belum terbiasa mendengar istilah ini. Informational interview adalah wawancara yang dilakukan oleh pencari kerja terhadap seseorang yang telah bekerja di bidang tersebut sebelumnya. Tujuannya adalah mencari informasi mengenai bagaimana orang tersebut memulai karirnya, apa saja yang harus ia kuasai untuk melakukan pekerjaan tersebut, berapa gaji yang dimiliki, dan lain sebagainya. Namun harus benar-benar ditekankan kepada orang yang kita mintai waktunya untuk kita interview, bahwa kita tidak ingin mencari pekerjaan dari dirinya.

Langkah pertama yang lisa lakukan adalah membuka LinkedIn. Di sini Lisa mencari orang-orang senior dalam posisi pekerjaan yang ia inginkan. Ia mengirimkan pesan untuk meminta ketersediaan orang tersebut untuk diwawancarai demi mendapat informasi tentang pekerjaan yang ia inginkan. Dari sekitar 6 orang yang dia wawancarai, akhirnya ia mendapatkan seorang PR Director yang memang sudah mengerti tujuan Lisa, karena ia juga pernah melakukan hal yang sama saat masih bekerja di luar negeri.

Lisa mendapat banyak informasi mengenai ranah pekerjaan yang mungkin akan menjadi pekerjaan barunya. Namun narasumber Lisa mengingatkan bahwa Lisa harus benar-benar mempertimbangkan keputusannya untuk pindah haluan. Karena menurut informan, Lisa akan mengerjakan hal yang sangat berbeda dan harus bersiap dalam masa adaptasi.

Panggilan wawancara dari berbagai perusahaan pun muncul. Lisa dengan percaya diri menjawab setiap pertanyaan wawancara mengenai keinginannya untuk pindah jalur. Ia berhasil menyakinkan pewawancara karena ia benar-benar telah menyiapkan diri.

Lisa pun akhirnya harus memutuskan untuk mengambil satu pekerjaan dari 3 perusahaan yang tertarik padanya. Di tahap ini, Lisa memikirkan beberapa faktor sebagai berikut.

  • Pendapatan. Bagi Lisa, pendapatan itu penting karena menyangkut dirinya dan keluarganya. Perusahaan yang memberi tawaran paling besar, kemungkinan besar akan ia ambil. Kecuali ada pertimbangan lain.
  • Lokasi kantor. Lokasi sangat menentukan bagi Lisa. Dia tidak ingin bekerja di tempat yang jauh atau sulit dijangkau oleh kendaraan umum. Lisa melakukan survey bagaimana menuju kantor-kantor tersebut dengan kendaraan umum, serta berapa lama waktu yang diperlukan.
  • Kesempatan berkembang. Lisa ingin bekerja pada perusahaan yang memberinya kesempatan untuk berkembang. Ia menginginkan karir yang bagus. Bagi dirinya, visi dan misi perusahaan ke depan sangatlah penting. Ia tidak segan bertanya kepada user mengenai kemajuan perusahaannya.
  • Suasana kerja. Suasana kerja memang sulit diketahui jika belum bekerja di perusahaan tersebut. Namun Lisa mencoba mencari masukan dari orang-orang di sekitarnya yang mengenal orang yang bekerja di perusahaan-perusahaan yang menerimanya. 
Setelah semua pertimbangan ia pikirkan dan riset masak-masak, Lisa memutuskan menerima pekerjaan sebagai PR consultant di sebuah agency di bilangan Kuningan, Jakarta. Lisa mengatakan kepada pemilik perusahaan dan atasannya, bahwa ia menerima tawaran gaji yang lebih rendah dari yang seharusnya diterima seseorang dalam posisinya, karena memang ia tidak punya pengalaman di bidang tersebut. 

Negosiasi yang Lisa lakukan adalah jika dalam kurun waktu3 bulan percobaan, Lisa ingin melihat kemampuan kerjanya dan apakah ia merasa cocok untuk bekerja di bidang tersebut dan apakah dia akan bisa bekerja dengan baik. Jika tidak, maka Lisa akan mengundurkan diri jika diminta. Dan jika ia mampu bekerja dengan baik, maka ia meminta kesesuaian gaji.

Bagi Lisa, kehilangan pekerjaan jika dalam masa percobaan tidak bisa bekerja secara maksimal, adalah resiko yang harus diterimanya. Toh, ia masih berusia kepala dua yang artinya perusahaan melihat bahwa usia tersebut masih mempunyai produktivitas yang cukup bai Artinya, ia mempunyai kemungkinan yang besar, untuk bisa kembali ke pekerjaannya yang lama apabila resiko terburut terjadi.

Jadi, apakah Anda ingin seperti Lisa?



Tuesday, September 10, 2013

Potong Rambut Pendek Bagus: Review Franky, Anita Salon, Bintaro.

I used to get praises from many people for my hair. It was long, thick, and naturally black. Until one day I felt tired because I had to style my hair every single day. Finally, I decided to get a hair cut. A pixie hair cut that I regret forever...well, at least until now.

Actually, it wasn't my first pixie haircut. I had twice pixie haircut before. But this one is the worst. I had this cut from a new salon at Kota Kasablanca, own by the former top stylish of Bianco. The
hairstylist who cut my hair wasn't the owner. I don't want to mention his name. But if you wanna know, you can send me email. I definitely won't recommended him. He doesn't have the skill. I totally look like a guy. My family laugh over my "mas-mas" haircut. Moreover, I had to pay Rp 350.000 plus tips.


Anyway, in 2008, I got this pixie hair cut.vfrom Headquarter, Mall Taman Anggrek. Unfortunately, they already closed. I even forgot the name of the stylish. I only remember his face. At that time, all I say was, "I never have a very short hair. I want to have a pixie haircut but still feminine and looks good in front of the camera." I paid for Rp 150.000. It was a good haircut. I like it.

The second pixie hair cut I got in 2009. I went to my bestfriend's favorite hair stylish who co-own Anita Salon at Bintaro. His name is Franky. If you know Valia Rahma's short and extreme hairstyle, this man was the one who responsible.


When I came to him, I said I want to have a pixie hair cut that suits to my face. It took 2 hours for him to cut my hair. The way he cut was very detail and neat. He is the best hair stylish if you want to get a short haircut, ladies. Especially for those who has thick hair.  I paid for Rp 150.000. You won't regret it. Look at how his cut growing nicely after couple of months.

Thursday, September 5, 2013

Mengatasi Rambut Rontok: Shampoo, Tonic, dan Serum Yang Oke

Keindahan rambut memancarkan keindahan wanita. Tidak heran banyak wanita memimpikan memiliki rambut yang indah. Namun demikian, untuk mendapatkannya tentu memerlukan perawatan. Memang, ada sebagian orang yang meminiki genetik tekstur rambut yang indah. Tetapi bagi mayoritas, rambut indah berarti adalah usaha ekstra.

Jaman Dulu, Rambut Lebih Sehat 
 “Ibu dulu rambutnya nggak pernah rontok, nggak ketombean. Keramasnya cuma pake merang. Bener-bener alami,” begitu kata ibu saya menjelaskan betapa rambut orang jaman dahulu itu sehat.

Tentu jaman dulu berbeda dengan jaman sekarang. Mungkin ketika ibu kita masih muda, udara khususnya di kota Jakarta tidak sekotor sekarang. Polusi masih minim, karena tidak banyaknya kendaraan bermotor. Belum lagi makanan yang kini banyak mengandung bahan kimia berbahaya, makin menambah masalah pada rambut kita.

Kerontokan Rambut 
Masalah paling besar yang dialami oleh orang wanita adalah kerontokan rambut. Menurut riset di akhir tahun 2012 yang dilakukan International Society of Hair Restoration Surgery, sebanyak 21 juta wanita mengalami kerontokan rambut.

 Bilamana rambut dikatakan rontok? Normalnya rambut rontok maksimal 100 helai sehari pada kulit kepala yang memiliki 100.000 folikel rambut. (Sumber: Berlgraviacentre.com).

Faktor penyebab kerontokan rambut bermacam-macam. Mulai dari faktor genetic, faktor internal seperti hormon dan asupan makanan, hingga faktor eksternal seperti polusi, kandungan air, pemakaian produk kecantikan rambut, dan lain-lain sebagainya.

Hampir semua usaha mengatasi kerontokan rambut pernah saya lakukan kecuali dengan bantuan profesional. Karena cara-cara DIY (do it yourself) bekerja pada saya. Inilah rambut saya. Orang sering berkomentar bahwa saya mempunyai rambut yang tebal.

Namun demikian rambut saya bukan tanpa masalah. Dari kecil saya paling senang menyiksa rambut. Minimal seminggu dua kali saya berenang. Bisa dibayangkan, bagaimana air kaporit membuat rambut saya kaku dan memerah. Belum lagi saya hobi memanjangan rambut sejak kecil. Otomatis, nutrisi dari akar rambut harus melalui jalan yang panjang dan berat untuk menyehatkan seluruh batangnya.

 Jika saya salah memilih shampo saja, rambut akan langsung mengalami kerontokan. Jalan keluar yang cepat tentu dipotong, lalu dirawat. Tapi siapa sih yang rela ketika usaha memanjangkan rambut bertahun-tahun kemudian dipotong hanya dalam sekejap?


Amerika Tidak Kenal Shampo Anti Rontok 
Tinggal setahun di Amerika ternyata membuat tekstur rambut saya berubah. Kesehatannya juga tidak lagi seperti dulu. Selain rontok, memerah, juga berketombe. Padahal, hampir tidak pernah saya mengalami ketombe sebelumnya. Jawabannya saya pikir karena dua hal. Pertama, karena sulit menemukan shampo yang cocok. Kedua, kandungan air di negeri Paman Sam yang memang berbeda dari di Indonesia. Mungkin juga karena air yang digunakan untuk mandi di apartemen saya, berasal dari penyulingan air limbah. Yup, air limbah saudara.

Saya pusing ketika sudah kehabisan shampo yang saya bawa dari Indonesia, karena sulit menemukan shampo yang cocok di Amerika. Jangan pikir di negara adi daya lantas mudah menemukan shampo anti rontok atau hair loss shampo. Kalaupun ada harganya sangat mahal. Bisa mencapai lebih dari $25.

Butuh waktu 6 bulan bagi saya untuk menemukan satu shampo yang bekerja pada saya. Itu pun dengan harga $31 dari DS Laboratories.

Menghindari Shampo Ber-conditioner
Shampo di Amerika kebanyakan adalah produk pasaran seperti Pantene, Dove, Clear, Hair and Shoulders, Clairol, dan lain sebagainya. Sementara, saya paling anti pada shampo-shampo itu. Mengapa? Karena setelah keramas rambut saya terasa sangat halus dan lembut. Ini berarti shampo tersebut sudah dicampur dengan conditioner.

 hampo yang langsung tercampur dengan conditioner akan membuat rambut dan kulit kepala menjadi lembab. Akibatnya kulit rambut akan mudah berketombe dan mengalami kerontokan. Saya lebih memilih shampo yang setelah digunakan akan membuat rambut kesat dan kaku. Karena dengan demikian, maka kulit kepala akan terbebas dari kelembaban yang berlebihan. Setelah itu tinggal dipakaikan conditioner, namun jangan sampai mengenai kulit kepala.

Sekembalinya ke Indonesia, langkah pertama yang ingin saya lakukan adalah mengembalikan tekstur rambut saya. Saya tahu bahwa hal itu tidak akan mudah apabila rambut masih sepanjang yang dulu. Saya akhirnya memutuskan memangkas habis rambut saya dan merawatnya dari awal. Caranya?

Hair Fall vs Hair Loss
Memilih shampo untuk rambut rontok memang tidak mudah. Apalagi di Indonesia, kita bisa salah kaprah dengan istilah asingnya. Jika Anda melihat tulisan shampo anti Hair Fall, maka ini bukan untuk Anda. Shampo hair fall diperuntukan bagi rambut rontok karena patah, bukan rontok dari akarnya.

Sedangkan rambut patah itu berarti kondisi rambut sangat kering. Kandungan shampo di dalam shampo Hair Fall tentu disesuaikan untuk melembabkan rambut. Sementara kelembaban yang berlebihan justru makin memperparah kerontokan. Carilah shampo bertuliskan Hair Loss.

Hair loss inilah istilah bagi kerontokan rambut yang terjadi dari akarnya. Shampo apa yang saya pakai? Saya bisa memakai beberapa shampo dari merk berbeda. Yang penting, shampo itu tidak membuat rambut saya terasa halus dan membuat kulit kepala lembab. Berdasarkan pengalaman saya, shampo-shampo ini bekerja sangat baik. Apa saja?

Bayam Mustika Ratu 
Shampo ini adalah favorit saya, karena khasiatnya dan karena harganya. Setelah menggunakan shampo ini, rambut akan terasa sangat kesat dan kering. Solusinya mengenakan conditioner setelah keramas atau menggunakan leave in conditioner/ serum. Namun jangan berharap hasilnya instan. Perlu sekitar 3 bulan untuk melihat perubahannya.

Natur
Natur juga terkadang menjadi pilihan saya. Jika saya tidak menemukan shampo bayam, maka Natur bisa menggantikan. Sayangnya shampo ini cepat habis karena busanya jauh lebih sedikit. Sementara saya lebih suka yang busaya banyak. Sebetulnya banyak sedikitnya busa tidak berpengaruh terhadap kebersihan rambut dan kulit kepala. Malahan, semakin sedikit busa semakin baik hasilnya.

Gingseng Rudi Hadisuwarno
Bagi saya, shampo ini adalah shampo lokal yang paling cepat dalam membantu pertumbuhan rambut. Dua botol saja sudah membuat anak rambut banyak. Akan tetapi entah kenapa, shampo ini lebih lembab di antara shampo lainnya. Sehingga saya harus keramas setiap hari, jika tidak ingin berketombe. Tapi mungkin hasilnya berbeda di setiap orang. Silahkan saja dicoba.

Garnier Neril Anti Loss-Guard
Inilah shampo yang saat ini saya pakai. Mengapa? Karena tekstur rambut saya yang menjadi sangat kaku sepulangnya dari Amerika, saya tidak bisa memakai 2 shampo favorit saya yang pertama. Ketika saya coba shampo ini, tekstur rambut saya membaik dan rambut saya berkurang rontoknya.

Nah itu adalah shampo-shampo pilihan saya. Tetapi, perawatan tidak selesai dengan shampo saja. Masih ada hairtonic dan serum rambut yang mengikutinya. Hairtonic adalah wajib bagi saya. Ada beberapa tonic rambut yang bekerja efektif.

NR Hair Reactive
Ini adalah favorit saya. Untuk menggunakan hair tonic NR Hair Reactive memang harus siap mental. Karena pada awal pemakaian rambut akan rontok jauh lebih banyak. Ini adalah normal, karena efek reactive memang merontokkan rambut yang akarnya tidak sehat dan menggantinya dengan rambut yang baru. Ekstra kesabaran dibutuhkan untuk menggunakan tonic ini. Mengapa saya memilih yang merontokkan terlebih dahulu? Karena hasil rambut barunya akan jauh lebih baik ketimbang rambut yang lama.

Garnier Neril Anti Loss Hair Tonic 
Hair tonic ini juga bekerja dengan baik. Tidak ada efek merontokkan di awal. Dengan pemakaian teratur dan sabar, kerontokan rambut akan terhenti. Tapi hair tonic ini tidak mengubah tekstur rambut menjadi lebih baik seperti NR. Ini adalah pendapat saya pribadi.

Rudi Hadisuwarno Hair Serum 
Serum ini juga bekerja dengan sangat baik. Rambut baru akan tumbuh dengan sangat cepat. Tetapi harganya memang mahal tetapi ampulnya kecil-kecil. Jika kerontokan rambut Anda parah dan tidak ingin mengalami kerontokan di awal seperti saat memakan NR Hair Reactive, maka ini bisa menjadi pilihan. Setelah habis 2 atau 3 box, baru dilanjutkan dengan Garnier Neril Hair Tonic.

Lalu kita juga perlu memperhatikan asupan ke dalam tubuh. Perbanyak minum air mineral, makan buah dan sayur, serta tambahan suplemen jika perlu.

Hair, Skin, & Nail GNC
Untuk saya, suplemen paling baik bekerja bagi rambut saya adalah GNC ini. Suplemen ini bahkan mampu memperbaiki kondisi kulit saya yang kering. Saya lebih suka Hair, Skin & Nair ketimbang Women Hair karena fungsinya yang lebih menyeluruh.

Biotin 
Suplemen biotin merk apa saja bisa membantu memperkuat akar rambut. Namun saya tidak bisa meminum Biotin yang pure karena mengeringkan kulit dan tenggorokan. Betapa banyak pun saya minum air, tidak berpengaruh.

Jika Anda “gila” seperti saya, perawatan ini bisa ditambah lagi dengan perawatan sebelum keramas. Inilah yang saya lakukan: 

Minyak Cem-ceman 
Warisan nenek moyang kita ini perlu dilestarikan. Karena kerjanya yang memang sangat luar biasa. Bukan saja mencegah kerontokan rambut tetapi juga membuat rambut hitam dan melembutkan. Merknya bisa Anda pilih sendiri. Jika Anda memilih Sariayu, maka harus bersiap dengan efek baunya yang sangat tidak sedap. Tetapi warnanya masih asli hijau seperti minyak cem-ceman jaman dulu. Tetapi jika Anda tidak tahan dengan baunya, maka minyak cem-ceman Mustika Ratu bisa menjadi pilihan. Saya kecewa sebetulnya, saat cem-ceman Mustika Ratu ini menjadi bening. Karena khasiatnya tidak lagi seperti dulu.

Lidah Buaya
Mengoleskan lidah buaya sebelum keramas memang report. Tetapi jika rutin, maka lidah buaya ini akan membantu menyuburkan rambut.

Minyak Kemiri
Jika Anda rajin, silahkan buat sendiri. Tapi jika malas, maka minyak kemiri bisa ditemukan di toko penyedia kebutuhan salon. Selain menyuburkan rambut juga bisa menghitamkan rambut.

Ringkasan
Oke, saya akan menulis secara ringkas rutinitas saya dalam merawat rambut. Saya keramas setiap hari. Bagi sebagian orang memang tidak baik. Tapi meski rambut saya kering, kulit kepala berminyak. Jadi bagi saya, kebersihan kulit kepala sangat penting.

Mustika Ratu Cem-ceman (satu jam sebelum keramas) – Neril Shampo – Conditioner – Hair Tonic NR – Paul Mitchel Smoothing Serum (Di rambut agar tidak kering dan mengembang). Satu kali seminggu di akhir pekan, minyak cem-ceman saya ganti dengan lidah buaya atau minyak kemiri.

Saya bukan ahli. Apa yang saya tulis di atas berdasarkan pengalaman pribadi. Semoga membantu.

Tuesday, September 3, 2013

Ayu Utami Menikah. Tidak Konsisten?

"Ayu utami itu nggak mau nikah," celetuk Ayu, staff PR di kantor saya yang baru.
Hanya beberapa menit berselang, ia kembali berkomentar, "Oh, Ayu Utami udah menikah sekarang."

Komentar-komentar Ayu tentang Ayu Utami membuat perhatian saya tertuju ke laptop yang ia pandang. Ternyata ia sedang membaca tulisan mengenai Ayu Utami di sebuah blog. 

Si penulis blog menulis mengenai konsistensi sikap Ayu Utami tentang pernikahan. Dia mempertanyakan mengapa jika dulu Ayu Utami bersikap menentang pernikahan, kini justru malah menikah. Si penulis juga mengaitkannya dengan kodrat perempuan salah satunya adalah menikah. 

Ya, kalau sudah bicara dari sudut pandang agama, pasti jadinya banyak pro dan kontra. Yang memberi komentar di blog tersebut juga ada yang pro ada yang kontra.

Saya tidak mau membahas mengenai sikap Ayu Utami. Lha, itu kan haknya. Mau menikah mau tidak juga bukan urusan saya. Cuma saya jadi teringat akan pengalaman sahabat saya.

Sempat Mempertanyakan Arti Pernikahan
Buat apa sih orang menikah? Jawaban itu belum bisa ditemukan oleh sahabat saya, sebut saja namanya Lita. Hingga akhir tahun lalupin ia tidak melihat esensi dari pernikahan, selain dari pada sebuah ikatan. Cuma ikatan. Saat itu bagi dirinya pernikahan adalah sebuah konstruksi sosial. Pernikahan dia anggap akan membelenggu kebebasannya Pernikahan akan menghalangi kemajuannya. 

Menurut Lita, ia pernah melontarkan pernyataan dalam hati yang cukup ekstrim, "Kalau gue gak punya orang tua ataupun agama, gw mungkin nggak akan menikah." Padahal saat itu, Lita yang kini berusia 29 tahun, punya pasangan yang serius, dan mempersiapkan diri menuju pernikahan. 

Titik balik itu terjadi di awal tahun ini, ketika Lita mulai merasa mendapatkan semua yang Lita inginkan. Ada sebuah kebutuhan di dalam diri yang membuat Lita mempertanyakan, "Apa lagi yang ingin saya cari?" Di saat bersamaan pasangan yang telah bersama Lita cukup lama, memutuskan untuk tidak lagi bersama Lita. Jadilah ia benar-benar sendiri.  

Ketika itu saat karir Lita sedang di atas, menikmati buah perjuangan. Namun, tidak ada orang untuk berbagi. Sahabat-sahabat Lita sudah menikah dan punya anak. Kalaupun ada yang menikah, ia tinggal jauh dari dirinya. "Gue, ngerasa lonely. Bingung mau ngapain karena temen-temen deket gue udah ga ada. Terus gue sama siapa?" Ujarnya.

Kemudian Lita mulai iri melihat teman kantor yang sedang bermain dengan anak-anaknya yang masih mungil. "Ah, lucunya," gumam Lita dalam hati. 

Di tambah lagi, Lita mulai dekat dengan seseorang yang tinggal bersama 2 orang lainnya, adik, dan temannya. Karena mereka laki-laki, Lita sering memasak untuk mereka. Saat Lita menginap, dia sering bercanda dengan mereka, menonton TV bersama, bercerita, dan bahkan tidur di dalam kamar yang sama. 

Teman Lita itu itu kemudian berkata, "Sebenernya nikah ya kaya gini. Kerja, pulang ke rumah, bercanda, masak, tidur. Dan ada lagi tambahannya, seks. Ya, memikirkan duit sih untuk menghidupi keluarga. Tapi secara garis besar ya begini." 

Semua itu menjadi trigger timbulnya keinginan Lita untuk berkeluarga. Belum lagi Lita merasa muak dengan hura-hura yang sempat ia jalani.

LIta merasa persoalan ini adalah masalah fase hidup dan berdasarkan apa kita memandang sesuatu. Saat ini Lita mulai memahami mengapa orang menikah karena ia mulai melihat dari kacamata kebutuhan akan kasih sayang serta sudut pandang agama.

****

Well, apapun itu, saya setuju dengan pendapat Ayu Utami bahwa tidak ada seorang pun atau apapun yang berhak mendikte apa yang harus kita lakukan. Everything that we do must come from the heart. 

Monday, September 2, 2013

Gagal Ngeblog. Mengapa?

Gosh,

I just realize, the hardest thing to do in this world for me is to be consistent. Why, because I failed to maintain my blog. To maintain blog, we need consistency. How many domain names I had to burry in the deepest grave? Berapa banyak orang yang mau memakai nama domain tertentu, tapi karena saya ambil dan tidak saya pergunakan dengan selayaknya, akhirnya nama domain itu menjadi tidak berguna?

Padahal betapa kesalnya saya, ketika nama "Retno Lestari" sudah tidak available lagi di Blogger maupun Wordpress. Dan yang lebih menyakitkan, retnolestari.blogspot.com serta retnolestari.wordpress.com, kosong! Alias, tidak ada isi apapun kecuali tulisan template dari penyedia blog gratisan.

Ah, maunya gratisan sih! Nggak juga. Saya mau bayar retnolestari.com, tapi sayangnya nama itu juga sudah dipunyai orang. Postingannya cuma satu lagi. Benar-benar useless itu orang yang beli domain.

Hehe, padahal yang beli itu domain bernama Retno Lestari. Ya, saya sendiri. Cuma masalahnya saya udah nggak tahan pengen nulis. Sementara blog saya itu sebentar lagi waktu kepemilikannya mau habis. Di saat bersamaan, saya memutuskan untuk memindahkan blognya ke blogger saja, yang buat saya lebih simpel.

Nah, sekarang saya mau nyeriusin ngeblog. "Telat banget!" Kalau kata orang bijak, better late than never. Jadi ya mumpung semangat saya masih membara, dan misi saya juga patut diwujudkan, maka saya akan berusaha untuk membuat blog saya kali ini bisa bertahan.

Mengapa Blog Gagal Terus
Dulu saya membuat tulisan seperti membuat artikel di koran. Apakah saya menikmatinya? Hmm...kalau disuruh memilih, saya lebih suka membuat blog yang santai seperti ini. Toh, menulis formal yang benar itu adalah pekerjaan saya. Jadi untuk sesuatu yang ingin saya bagikan kepada orang lain untuk kepuasan sendiri, mengapa saya tidak menulis santai saja?

Bertahun-tahun mencoba menulis blog tapi gagal juga membuat saya melakukan riset dalam satu bulan belakangan. Tentu risetnya tentang bagaimana memulai menulis blog yang baik. Dan saya menemukan kesalahan fatal saya dalam menulis blog. Saya memasukkan semuanya ke dalam blog tersebut. Ya curhat, ya umpatan, ya kekecewaan, ya kritikan, ya dan ya dan ya...

Makanya sekarang saya mau fokus saja pada tulisan-tulisan dengan bentuk sharing, caring, dan inspiring. Sharing, Caring & Inspiring inilah yang saya jadikan nama untuk blog saya. So, no more sarcasm, no more complaining, no more cursing.

Sementara nama blog gratisannya mynameisretno.blogspot.com dan nanti nama berbayarnya adalah nama saya sendiri retnolestari.com