Friday, September 20, 2013

Pindah Profesi: Ya atau Tidak?


 Pernahkah kita merasa waktu berjalan lambat dari seharusnya karena pekerjaan yang kita lakukan terasa membosankan? Atau mungkin kita merasa malas melakukan pekerjaan yang sama selama bertahun-tahun? Atau setelah bertahun-tahun melakoni sebuah pekerjaan, tetapi posisi dan pendapatan masih disitu-situ saja?

“Pindah kerja aja,” begitu ujar Tina, kepada sang sahabat, Lisa. Lisa memang sudah merasa bosan dengan pekerjaan di bagian produksi sebuah stasiun televisi, yang sudah dijalaninya selama kurang lebih 8 tahun.

Selama 8 tahun bekerja, posisinya bertahan hanya sampai di level asisten produser. Meski dalam 8 tahun ia mengerjakan program yang berbeda-beda, namun tekanan yang ia rasakan sama besarnya, dengan pemasukan yang tidak seimbang.

Perkataan Tina terus terngiang di telinga Lisa. Padahal ia tidak berpikir ingin berpindah haluan sebelumnya. Karena bagaimanapun, ia sangat mencintai pekerjaannya. Tapi apa mau dikata, kebutuhan hidup mulai mengharuskannya untuk mencari pekerjaan yang lebih teratur dari segi waktu dan besar dari segi pendapatan.  Lisa pun kemudian mencari bidang pekerjaan yang bisa dijadikannya tujuan.

Dengan bekal latar belakang pendidikan Ilmu Komunikasi, pengalaman 8 tahun di media, Lina mencoba untuk melamar kerja di tempat-tempat yang membutuhkan orang dengan kualifikasi yang dia miliki. Ia membuat list, bidang pekerjaan yang memungkinkan bagi dirinya untuk bekerja, dimulai dari yang termudah. Berikut list yang dibuat Lisa:

  • Public Relation di Corporate
  •  Public Relation di Agency
  • Marketing Communication di Corporate
  • Communication Officer/ Associate di NGO
  •  Communication Officer di Kedutaan Besar
  • Pegawai Negeri Sipil
Lisa mulai melakukan riset, untuk melihat potensi perusahaan yang membuka lowongan di 6 bidang pekerjaan tersebut. Setelah mendapat informasi perusahaan atau institusi mana saja yang sedang membutuhkan tenaga kerja, ia pun mengirimkan CV dan Surat Lamaran.

Membuat CV Yang Baik
Sebulan, dua bulan, 3 bulan, berlalu. Jangankan pekerjaan baru. Panggilan untuk tes atau wawancara saja tidak ada yang datang. Lisa berpikir pasti ada yang salah dengan surat lamaran atau CV nya. Ia mulai memperbaiki CV serta surat lamarannya. Berikut langkah yang ia lakukan:

  • Menulis dalam list, pekerjaan yang pernah ia lakukan dengan detil. Ia membuat pointers, apa-apa saja pekerjaan sulit yang pernah ia kerjakan, yang mungkin tidak semua orang bisa mengerjakannya. Ia juga menuliskan, bagaimana ia bekerja tidak hanya dengan orang di divisinya, tetapi juga divisi lain seperti PR, Marketing, Sales, Promo. Tujuannya adalah memperlihatkan pada pemberi kerja nantinya, bahwa Lisa juga mengerti pekerjaan PR, Marketing, Sales dan Promo, karena ia pernah bekerja dengan mereka.
  • Lisa memformulasikan pointers-pointers di atas agar bisa masuk ke CV tetapi tetap singkat.
  • Karena kesadaran akan pentingnya Bahasa Inggris, tanpa diminta oleh perusahaan, Lisa menulis CV dan surat lamaran berbahasa Inggris.
  • Lisa akhirnya mencari penyedia layanan CV dan Cover Letter generator yang bisa dicari di Google karena ia menilai CV yang dibuatnya kurang maksimal. Lisa memilih http://www.livecareer.com/resume-builder, karena CV atau Resume yang dihasilkan dianggap cukup baik.
Setelah mempunyai CV baru yang lebih komprehensif, Lisa kembali mencoba peruntungannya mengirimkan lamaran. Ia tidak hanya mengirim pada perusahaan yang membuka lowongan, tetapi juga perusahaan yang tidak membuka lowongan.
“Siapa tahu mereka butuh dadakan, tetapi tidak punya waktu untuk mengiklankan lowongan tersebut, “ pikirnya.

Sambil menunggu panggilan tes itu tiba, Lisa kembali mempelajari pekerjaan baru yang akan ia jajaki. Ia membaca buku serta artikel di internet mengenai berbagai pekerjaan tersebut dan apa kendalanya jika ia masuk di usia akhir 20-an tetapi tidak mempunyai pengalaman di bidang yang akan dilamarnya. Lisa benar-benar ingin mempersiapkan diri untuk pindah haluan.

Informational Interview
Lisa masih belum yakin dengan informasi yang didapatnya. Lalu dia ingin sekali mendapat masukan dari orang yang sudah terjun di bidang tersebut. Sayangnya Lisa tidak memiliki teman dekat yang bisa diminta sarannya. Lisa akhirnya melakukan apa yang disebut Informational Interview.

Mungkin orang di Indonesia belum terbiasa mendengar istilah ini. Informational interview adalah wawancara yang dilakukan oleh pencari kerja terhadap seseorang yang telah bekerja di bidang tersebut sebelumnya. Tujuannya adalah mencari informasi mengenai bagaimana orang tersebut memulai karirnya, apa saja yang harus ia kuasai untuk melakukan pekerjaan tersebut, berapa gaji yang dimiliki, dan lain sebagainya. Namun harus benar-benar ditekankan kepada orang yang kita mintai waktunya untuk kita interview, bahwa kita tidak ingin mencari pekerjaan dari dirinya.

Langkah pertama yang lisa lakukan adalah membuka LinkedIn. Di sini Lisa mencari orang-orang senior dalam posisi pekerjaan yang ia inginkan. Ia mengirimkan pesan untuk meminta ketersediaan orang tersebut untuk diwawancarai demi mendapat informasi tentang pekerjaan yang ia inginkan. Dari sekitar 6 orang yang dia wawancarai, akhirnya ia mendapatkan seorang PR Director yang memang sudah mengerti tujuan Lisa, karena ia juga pernah melakukan hal yang sama saat masih bekerja di luar negeri.

Lisa mendapat banyak informasi mengenai ranah pekerjaan yang mungkin akan menjadi pekerjaan barunya. Namun narasumber Lisa mengingatkan bahwa Lisa harus benar-benar mempertimbangkan keputusannya untuk pindah haluan. Karena menurut informan, Lisa akan mengerjakan hal yang sangat berbeda dan harus bersiap dalam masa adaptasi.

Panggilan wawancara dari berbagai perusahaan pun muncul. Lisa dengan percaya diri menjawab setiap pertanyaan wawancara mengenai keinginannya untuk pindah jalur. Ia berhasil menyakinkan pewawancara karena ia benar-benar telah menyiapkan diri.

Lisa pun akhirnya harus memutuskan untuk mengambil satu pekerjaan dari 3 perusahaan yang tertarik padanya. Di tahap ini, Lisa memikirkan beberapa faktor sebagai berikut.

  • Pendapatan. Bagi Lisa, pendapatan itu penting karena menyangkut dirinya dan keluarganya. Perusahaan yang memberi tawaran paling besar, kemungkinan besar akan ia ambil. Kecuali ada pertimbangan lain.
  • Lokasi kantor. Lokasi sangat menentukan bagi Lisa. Dia tidak ingin bekerja di tempat yang jauh atau sulit dijangkau oleh kendaraan umum. Lisa melakukan survey bagaimana menuju kantor-kantor tersebut dengan kendaraan umum, serta berapa lama waktu yang diperlukan.
  • Kesempatan berkembang. Lisa ingin bekerja pada perusahaan yang memberinya kesempatan untuk berkembang. Ia menginginkan karir yang bagus. Bagi dirinya, visi dan misi perusahaan ke depan sangatlah penting. Ia tidak segan bertanya kepada user mengenai kemajuan perusahaannya.
  • Suasana kerja. Suasana kerja memang sulit diketahui jika belum bekerja di perusahaan tersebut. Namun Lisa mencoba mencari masukan dari orang-orang di sekitarnya yang mengenal orang yang bekerja di perusahaan-perusahaan yang menerimanya. 
Setelah semua pertimbangan ia pikirkan dan riset masak-masak, Lisa memutuskan menerima pekerjaan sebagai PR consultant di sebuah agency di bilangan Kuningan, Jakarta. Lisa mengatakan kepada pemilik perusahaan dan atasannya, bahwa ia menerima tawaran gaji yang lebih rendah dari yang seharusnya diterima seseorang dalam posisinya, karena memang ia tidak punya pengalaman di bidang tersebut. 

Negosiasi yang Lisa lakukan adalah jika dalam kurun waktu3 bulan percobaan, Lisa ingin melihat kemampuan kerjanya dan apakah ia merasa cocok untuk bekerja di bidang tersebut dan apakah dia akan bisa bekerja dengan baik. Jika tidak, maka Lisa akan mengundurkan diri jika diminta. Dan jika ia mampu bekerja dengan baik, maka ia meminta kesesuaian gaji.

Bagi Lisa, kehilangan pekerjaan jika dalam masa percobaan tidak bisa bekerja secara maksimal, adalah resiko yang harus diterimanya. Toh, ia masih berusia kepala dua yang artinya perusahaan melihat bahwa usia tersebut masih mempunyai produktivitas yang cukup bai Artinya, ia mempunyai kemungkinan yang besar, untuk bisa kembali ke pekerjaannya yang lama apabila resiko terburut terjadi.

Jadi, apakah Anda ingin seperti Lisa?



1 comment: