Hanya beberapa menit berselang, ia kembali berkomentar, "Oh, Ayu Utami udah menikah sekarang."
Komentar-komentar Ayu tentang Ayu Utami membuat perhatian saya tertuju ke laptop yang ia pandang. Ternyata ia sedang membaca tulisan mengenai Ayu Utami di sebuah blog.
Si penulis blog menulis mengenai konsistensi sikap Ayu Utami tentang pernikahan. Dia mempertanyakan mengapa jika dulu Ayu Utami bersikap menentang pernikahan, kini justru malah menikah. Si penulis juga mengaitkannya dengan kodrat perempuan salah satunya adalah menikah.
Ya, kalau sudah bicara dari sudut pandang agama, pasti jadinya banyak pro dan kontra. Yang memberi komentar di blog tersebut juga ada yang pro ada yang kontra.
Saya tidak mau membahas mengenai sikap Ayu Utami. Lha, itu kan haknya. Mau menikah mau tidak juga bukan urusan saya. Cuma saya jadi teringat akan pengalaman sahabat saya.
Sempat Mempertanyakan Arti Pernikahan
Buat apa sih orang menikah? Jawaban itu belum bisa ditemukan oleh sahabat saya, sebut saja namanya Lita. Hingga akhir tahun lalupin ia tidak melihat esensi dari pernikahan, selain dari pada sebuah ikatan. Cuma ikatan. Saat itu bagi dirinya pernikahan adalah sebuah konstruksi sosial. Pernikahan dia anggap akan membelenggu kebebasannya Pernikahan akan menghalangi kemajuannya.
Menurut Lita, ia pernah melontarkan pernyataan dalam hati yang cukup ekstrim, "Kalau gue gak punya orang tua ataupun agama, gw mungkin nggak akan menikah." Padahal saat itu, Lita yang kini berusia 29 tahun, punya pasangan yang serius, dan mempersiapkan diri menuju pernikahan.
Titik balik itu terjadi di awal tahun ini, ketika Lita mulai merasa mendapatkan semua yang Lita inginkan. Ada sebuah kebutuhan di dalam diri yang membuat Lita mempertanyakan, "Apa lagi yang ingin saya cari?" Di saat bersamaan pasangan yang telah bersama Lita cukup lama, memutuskan untuk tidak lagi bersama Lita. Jadilah ia benar-benar sendiri.
Ketika itu saat karir Lita sedang di atas, menikmati buah perjuangan. Namun, tidak ada orang untuk berbagi. Sahabat-sahabat Lita sudah menikah dan punya anak. Kalaupun ada yang menikah, ia tinggal jauh dari dirinya. "Gue, ngerasa lonely. Bingung mau ngapain karena temen-temen deket gue udah ga ada. Terus gue sama siapa?" Ujarnya.
Kemudian Lita mulai iri melihat teman kantor yang sedang bermain dengan anak-anaknya yang masih mungil. "Ah, lucunya," gumam Lita dalam hati.
Di tambah lagi, Lita mulai dekat dengan seseorang yang tinggal bersama 2 orang lainnya, adik, dan temannya. Karena mereka laki-laki, Lita sering memasak untuk mereka. Saat Lita menginap, dia sering bercanda dengan mereka, menonton TV bersama, bercerita, dan bahkan tidur di dalam kamar yang sama.
Teman Lita itu itu kemudian berkata, "Sebenernya nikah ya kaya gini. Kerja, pulang ke rumah, bercanda, masak, tidur. Dan ada lagi tambahannya, seks. Ya, memikirkan duit sih untuk menghidupi keluarga. Tapi secara garis besar ya begini."
Semua itu menjadi trigger timbulnya keinginan Lita untuk berkeluarga. Belum lagi Lita merasa muak dengan hura-hura yang sempat ia jalani.
LIta merasa persoalan ini adalah masalah fase hidup dan berdasarkan apa kita memandang sesuatu. Saat ini Lita mulai memahami mengapa orang menikah karena ia mulai melihat dari kacamata kebutuhan akan kasih sayang serta sudut pandang agama.
****
Well, apapun itu, saya setuju dengan pendapat Ayu Utami bahwa tidak ada seorang pun atau apapun yang berhak mendikte apa yang harus kita lakukan. Everything that we do must come from the heart.
menarik juga nih, mbak.. ada banyak alasan orang untuk menikah. gue juga sudah mau 40 tahun belum ada keinginan untuk menikah, hehe. jalani hidup saja dengan penuh kemandirian. tetapi satu catatan buat yang ingin menikah: menikahlah karena engkau memang pikir menikah itu baik. Jangan misalkah karena ortu maksa untuk nikah, baru kita ribut akhirnya asal ambil cowok dan cerai deh. jangan juga menikah karena kepepet umur. banyak temen ku yang nikah seperti ini akhirnya bubar jalan juga. menikahlah dengan keinginan hati sendiri dan kesiapan mental. kalau memang sudah ada "jalan"nya, semuanya akan bisa lancar. tapi kalau terpaksa karena ini dan itu, lebih banyak ruginya daripada untungnya, hehe.. *ngaca dari banyak pengalaman*
ReplyDeleteMenikah adalah berbagi, sangat sulit bagi orang yang berego tinggi karena bagi sebagian orang memberi adalah sebuah kebahagiaan.Memerlukan komitmen yang kuat dan juga pengorbanan yg tidak mungkin bisa dilakukan orang yg egois.Outputnya adalah tidak akan pernah merasa kesepian karena ada support dari pasangan dan tawa ceria anak keturunan kita .
ReplyDeleteCasino City NJ - MapyRO
ReplyDeleteCasino City is a 경상남도 출장마사지 great 서울특별 출장안마 option 천안 출장안마 for anyone looking for a place 남양주 출장샵 to stay for a weekend. It offers all 전라남도 출장마사지 the things you would expect from a casino,